Rama,Shinta, Rafi dan dIAZ

Webnya Papah Rama, Mamah Shinta, Rafi n Diaz

Rabu, 29 Februari 2012

Rafi ikutan tes STIFFIN

Rafi (4tahun), anakku yang pertama secara karakter ternyata banyak mendapat sifat turunan dari ibunya. Kalau secara fisik sih ga usah dibilangin juga semua orang yang tau suamiku pasti bilang he's absolutelly similar with his father. He..he..

Karakternya yang keras pada keinginannya dan punya leadership yang kuat serta tukang ngatur2 membuat dia terlihat paling dominan jika bermain dengan teman-temannya. Namun rupanya anak balita juga bisa yah sedikit bersandiwara di lingkungan yang lain karena ternyata di sekolahnya dia cukup bisa mengalah dengan teman-temannya. Berbeda bila di lingkungan rumah atau keluarga kadang-kadang keras kepalanya sulit sekali untuk dijinakkan.

Beberapa waktu lalu di sekolahnya ada tes sidik jari STIFFIN (sensing, thinking,intuiting,feeling,dan insting). Tes sidik jari ini akan memetakan sidik jari kita yang secara hardware terhubung dengan software otak sehingga bisa terbaca kemampuan dan bakat kita dilihat dari akses otak yang paling sering digunakan. Dengan test STIFIn ini kita akan mengatahui dimana bagian otak kita yang bekerja lebih dominan. Mungkin kita semua hanya mengetahui otak kita memiliki 2 bagian otak yaitu otak KIRI dan otak KANAN, KIRI mewakili Intelegensia dan KANAN mewakili Kreatifitas. Anak otak kiri cenderung cerdas, jago dalam hal matematis, penampilan selalu rapih dan teratur. Sementara Anak otak KANAN cenderung aktif, tidak teratur.

Tes tersebut akan memberikan kita hasil sbb :

- Otak kanan depan, berarti termasuk orang intuiting (kreatip)

- Otak kiri depan, berarti termasuk orang thinking (jago menghitung)

- Otak kanan belakang, berarti termasuk orang feeling (jago interaksi)

- Otak kiri belakang, berarti termasuk orang sensing (pandai menghafal)

- Otak belakang, berarti termasuk orang insting (serba bisa)

Setelah mengikuti tes dan seminarnya ternyata Rafi termasuk orang feeling dominasinya otak kanan belakang. Menurut bukunya sih orang feeling ini jago berinteraksi. Pekerjaan yang cocok untuknya seperti sales, konsultan, dosen, pembicara, humas, dll yang banyak bicara dan berinteraksi dengan orang lain. Ya, tidak anehlah memang dalam hal berhubungan denga orang lain, anakku itu menurun sekali pada ayahnya yang sangat "sosial".yang kalo udah ngobrol bisa lari kemana-mana obrolannya dan gak heran bisa betah banget sama profesinya sebagai sales mobil :).

Hasil tes tersebut tidak sepenuhnya menjamin sih, artinya itu hanya dominasi dan kecenderungan. Bisa saja orang feeling juga pintar dalam hal akademis karena dibimbing terus untuk belajar. Namun, pada dasarnya setiap anak punya minat dan bakat sendiri. Kalau aku sih sebagai orang tua tinggal diikutin aja maunya kemana dan disalurkan semaksimal mungkin. Toh nanti yang menjalani juga dia. Tujuannya ikut tes itu juga agar kita lebih tau kareakter dasar anak kita agar tidak dipaksakan misalnya termasuk orang feeling tapi dipaksakan jadi kreatif (intuiting) jadi buang-buang energi nantinya.

Jaman sekarangkan banyak sekali profesi-profesi baru bermunculan yang tidal melulu harus melalui jalur akademis. kemampuan, keahlian atau skill yang lebih banyak dicari. Jadi, lebih bagus sih bila nanti dia bisa punya hobi yang jadi pekerjaannya. Kata orang sih bakalan lebih enjoy..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar